Isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) semakin marak memperjuangkan kebebasan mereka unutk memperoleh pengakuan dari dunia, perserikatan bangsa-bangsa, bahkan gereja. Tidak heran, kaum LGBT banyak memperoleh simpati dalam memperjuangkan kebebasan hak asasi mereka yang dianggapnya sebagai hak asasi yang harus dihormati. Perjuangan mereka begitu masif menaklukkan semua otoritas yang menghalangi kemerdekaan mereka dalam bentuk demonstrasi masal, seni hiburan, konten media sosial dan bahkan memboikot otoritas gereja. Pope Francis, seorang paus yang tidak setuju dengan LGBT, namun akhirnya ia membebaskan gereja untuk melakukan pernikahan sesama jenis karena menurutnya, semua manusia berhak memiliki keluarga, termasuk LGBT. Tindakan Pope Francis sangat didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sehingga Amerika dan Eropa menjadi zona kebebasan bagi hak asasi LGBT. Ironisnya, Gereja di Inggris ikut membuang iman orthodoks yang setia kepada ajaran Alkitab dan melakukan "pemurtadan" dengan memberkati pasangan LGBT dalam gereja.
Di era Reformasi, Martin Luther melawan otoritas gereja karena kompromi gereja dalam mengakui kefatalan doktrin keselamatan Johann Tetzel bahwa keselamatan dapat dibeli melalui pembelian surat indulgensia/ surat penebusan dosa. Martin Luther melawan Tetzel dan otoritas magisterium karena keselamatan tidak dapat dibeli melainkan keselamatan hanyalah Anugerah Allah semata (Sola Gracia). Namun, bagaimana dengan abad 21? Dimanakah orang percaya yang berani melawan ajaran yang tidak setia kepada kebenaran Allah? Masih adakah orang yang membawa berita pengharapan Kristus diberitakan dengan berani meskipun ia harus rela menjadi seorang yang tersendiri di jaman ini?
Calvin Robinson, Salah seorang pengikut Kristus yang dipakai Tuhan untuk berani memberitakan doktrin pernikahan, seksualitas dan kehidupan rohani yang benar dalam menghadapi isu-isu LGBT yang telah menggerogoti semua lapisan otoritas dari PBB sampai orotitas gereja-gereja di Inggris. Ia melawan penahbisan pendeta perempuan, pernikahan sesama jenis di dalam gereja, seksualitas diluar pernikahan adalah dosa dan menolak aborsi. Akibatnya, Calvin Robinson tidak ditahbiskan menjadi seorang bishop oleh karena pandangan konservatifnya tersebut. Ironis, Seorang yang setia memberitakan doktrin yang benar justru tidak dtahbiskan menjadi bishop. Jadi, siapa yang ditahbiskan oleh gereja hari ini? Penganut Pro-LGBT menjadi bishop-bishop gereja. Jadi Alkitab sesungguh mengajarkan apa kepada kita? Apakah pengajaran Alkitab sudah tidak relevan lagi dalam kelangsungan hidup manusia di abad 21 ini?
Alkitab tidak pernah berubah mengajarkan bahwa homoseksualitas adalah dosa (Kejadian 19:1-13, Imamat 18:22, 20:13, Roma 1:26-27, 1 Korintus 6:9, Roma 1: 26-27). Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai homoseksual karena Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan (Kejadian 1:27) untuk berkeluarga (Kejadian 2:24-25). Allah juga menyatakan bahwa pelaku homoseksual tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9). Jadi ini tema serius dalam seksualitas berbicara soal relasi pria dan wanita dihadapan Tuhan, bukan relaksasi fantasi biologis. Sperma laki-laki tidak ada berarti apa-apa jika tidak bertemu dengan sel telur wanita. Maka itulah kenapa LGBT tidak mungkin menghasilkan keturunan sesuai Kitab Suci. Mereka mengadopsi anak untuk menjadi anak mereka, itu bukan alamiah. Belum lagi anak-anak yang mereka adopsi harus menerima sebuah pembodohan pengetahuan bahwa orang tua mereka adalah sesama jenis (padahal ayah ibunya adalah murni laki-laki dan perempuan). Itulah kenapa di dalam Imamat 18:22,27, perbuatan mereka adalah kekejian bagi Tuhan. Rasul Paulus memanggilnya pemburit (arsenokoites - laki-laki ranjang), banci (malaikos), cabul (porno), pezinah (moichos) dalam 1 Korintus 6:9, 1 Timotius 1:10).
Dunia perlu tahu kebenaran Alkitab yang sejati meskipun ada harga yang harus dibayar. Itulah kenapa Yesus Kristus datang ke dalam dunia! Ia dicaci maki, diadili, disiksa, disalibkan diatas kayu salib oleh pemerintah romawi dan ahli-ahli taurat dan farisi karena Allah mengasihi orang berdosa namun Allah membenci dosa. Di atas kayu salib, Ia diperlakukan sangat buruk namun Ia berdoa untuk musuh-musuhNya "Ya Bapa, Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". (Lukas 23:24). Yesus mengajarkan kepada kita untuk tetap memberitakan kebenaran Tuhan tidak kompromi karena kita mengasihi Tuhan Allah, namun Tuhan juga mengajarkan kita untuk mengasihi sesama di dalam Kebenaran yang sama alias tidak kompromi. (Matius 22:37-39). Saya percaya, kesaksian Calvin Robinson memberikan pelajaran berharga kepada kita untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama dengan benar, tidak kompromi, hanya memuliakan Tuhan saja. Tidak ada unsur kebencian. Hanya Kasih Allah yang Sejati, Itulah yang LGBT dan pendukungnya butuhkan. Kembalilah kepada Allah yang benar, Doktrin yang benar, Gereja yang benar, Komunitas yang benar, disanalah Kasih Allah yang benar ada bagi kita!
Solideo Gloria
Pdt. Daniel Santoso
Macau
Comments
Post a Comment